Saturday, October 22, 2005

Si Itik Buruk Rupa - Part Two

Image hosted by Photobucket.com

Pagi ini Rachel berangkat sekolah dengan semangat baru. Tiba-tiba ada satu pemikiran cemerlang muncul di otaknya. Menurutnya ide ini bisa menyelamatkan dirinya. Formula itu hanya terdiri dari satu kata. Dan kata itu adalah.. ‘GILA’! Mulai saat ini Rachel melangkahkan kaki dengan label baru untuk dirinya. Gw adalah cewe ‘gila’ yang gak peduliin apa-apa! Yang gw suka adalah satu, yaitu gila-gilaan. Terserah orang-orang mo ngeledekin apa! Gw cukup ‘gila’ buat hadapin ini semua. Yup! That will do it!

Sebuah senyuman kini mengembang di wajahnya, senyuman yang hanya dimengerti olehnya sendiri. Rachel yang tadinya selalu jalan dengan menunduk ke sekolah, kini mengangkat dagu dengan mantap dan menatap dalam-dalam mata setiap orang yang mengejeknya. Semua olokan yang datang gak bisa menguras air matanya lagi, gak setetespun!

Dalam hidup yang menyebalkan ini, Rachel belajar 1 hal, bahwa perubahan cuma bisa dilakukan oleh dirinya sendiri. Hal ini dibuktikan oleh nilai rapornya yang selalu pas-pasan di semester awal (peringkat ke-31) dan meningkat drastis di semester akhir (peringkat 10 besar). Sebagai gadis yang cukup malas, Rachel membutuh pecutan ataupun tamparan kenyataan. Setiap kali ia berada di posisi bawah ataupun terendah, dirinya memberontak dengan melakukan perubahan ekstrim yang membuahkan hasil yang juga ekstrim.

Si Itik Buruk Rupa - Part One

Image hosted by Photobucket.com

Alkisah ada seorang remaja berusia 13 tahun.. sebut saja Rachel.. Wajahnya sih gak cantik, tapi gak jelek juga.. Not bad lah. Rambutnya sepundak, kulitnya putih, dan perawakannya sedang. Sayangnya wajah Rachel penuh jerawat, berkacamata tebal, serta tingkahnya seperti laki-laki. Belum lagi gigi atas dan bawahnya dipasangin kawat. Semua itu memastikan Rachel menjadi cewe paling gak populer di sekolahnya.

Seringkali teman-teman laki-lakinya memperoloknya di pojokan tangga sekolah. Sialnya itu satu-satunya rute terdekat menuju kelas. 'Eh.. Tau gak, Rach? Semalem gw mimpi loh! Sereeeem deh! Gw ketemu monster. Hiiiiiy…Mukanya persiiis banget sama elo! Huahahahaaa!' Lagi-lagi teman-temannya mengejeknya. Segera Rachel berlari ke pojokan kelas dan menitikkan air mata tanpa suara sedikitpun.

Apakah Rachel bersedih? Tidak! Air mata yang mengalir di pipinya adalah air mata kemarahan. Dia marah pada teman laki-laki yang menilai wanita dari fisik semata. Dia marah pada teman-teman wanita yang cantik dan gak peduliin perasaan orang lain, malah ikut menertawakan dirinya. Terlepas dari itu semua, Rachel sangat marah pada dirinya sendiri. Ya! Rachel membenci dirinya!